Gunung Slamet



EKSPEDISI GUNUNG SLAMET 2013

Gunung dengan ketinggian 3428 mdpl ini, menyandang dua gelar sekaligus, yakni sebagai gunung tertinggi di Jawa Tengah dan tertinggi kedua di Pulau Jawa setelah Gunung Semeru. Merupakan gunung berapi dengan karakter jalur pendakian yang sulit dan kering,pemandangan yang indah,keanekaragaman hayati yang bagus,pohon-pohon besar,hutan lebat,dan berbagai jenis satwa liar,membuat gunung ini menjadi tempat yang menantang bagi para pendaki gunung untuk menggapai puncaknya.

Secara administratif,Gunung Slamet terletak dibeberapa kabupaten,yaitu Kabupaten Purbalingga,Purwokerto,Brebes, Tegal,dan Pemalang.Sedangkan secara geografis terletak antara 7.24o LS dan 109.21oBT.Gunung yang berulang kali meletus,dan terakhir kali terjadi pada tahun 2000 ini,bisa didaki melalui beberapa jalur pendakian,yaitu jalur Bambangan,di Dusun Bambangan,Desa Kutabawa,Kecamatan Karangreja,Kabupaten Purbalingga,sebagai jalur resmi pendakian,dan dipercaya jalur paling aman menurut kepercayaan,serta sopan untuk bertamu menuju puncak,karena merupakan teras atau pintu depan Gunung Slamet.Sedangkan beberapa jalur lainnya adalah jalur Baturaden Kabupaten Purwokerto,jalur Kaliwadas Kabupaten Brebes,jalur Guci dan jalur Dukuh Liwung Kabupaten Tegal,jalur Gajah Nguling Kabupaten Pemalang,sebagai alternatif jalur turun bagi yang menyukai pendakian lintas atau yang berarti jalur naik dan turun mengambil jalur berbeda.

                                                          Di Base camp Desa Bambangan

Ekspedisi pendakian Gunung Slamet, Rabu 12 hingga Minggu 16 September 2013 berjalan lancar. Berangkat dari Wonosobo Rabu malam,tanggal 12 September menuju kota Purwokerto. Pagi harinya,Kamis 13 September menuju ke Dusun Bambangan,tepat pukul 10:00 setelah memenuhi persediaan air dan bekal makanan untuk 4 hari,pendakian dimulai menuju pos 1,melewati gapura pendakian,melalui perkebunan terbuka,dan sampai di pos 1 yang diberi nama Pondok Gembirung pukul 12:00, terdapat pondok permanen yang besar dan nyaman. Pendakian dilanjutkan pukul 13:00 menuju pos 2 atau pos Walang jalan mulai menanjak tajam, ditemui tanaman sembung batu,tanaman cakar ayam,sesekali elang yang terbang diatas pohon. Sampai di pos 2 pukul 14:20. Pukul 16:00 meninggalkan pos 2,dan pukul 17:00 sampai di pos 3 atau pos Cemara,untuk mendirikan tenda dan bermalam.Ada beberapa tikus bersliweran didekat tenda,dan seekor burung hantu tiba-tiba menyambar seekor tikus,mengagetkan acara makan malam.

Keesokan paginya,Jumat 14 September pukul 08:30 pendakian berlanjut menuju pos 4 atau pos Samarantu. Pukul 09:00 sampailah di pos 4,diberi nama pos Samarantu mengambil kata samar dan hantu artinya hantu yang tidak terlihat jelas atau samar,dari namanya saja sudah jelas apa yang biasa terjadi di pos ini,bersyukur sampai pos ini pada siang hari yang cerah bukan malam hari atau saat gelap yang tentunya dihindari oleh para pendaki. Pukul 09:15 setelah beristirahat sejenak kembali berjalan,pukul 09:40 tiba di pos 5 atau pos Mata Air,terdapat pondok yang terbuat dari seng dan kayu,bisa beristirahat dan berbaring di bale kayu yang ada di dalam pondok. Di pos 5 pada musim hujan terdapat mata air yang airnya cukup membantu para pendaki untuk menambah perbekalan air,tapi saat kemarau mata airnya kering.

                                                    Di pos 5 
Pukul 11:00 perjalanan dilanjutkan menuju pos 6 atau pos Samyang Rangkah,hanya berjalan 20 menit,sampailah di pos 6 yaitu pukul 11:20. Dari pos 6 pukul 11:30 pendakian berlanjut menuju pos 7 atau pos Samyang Jampang,tiba di pos 7pukul 12:00 disini adalah batas vegetasi memasuki kawasan edelweiss,kemudian dilanjutkan lagi ke pos 8 atau pos Samyang Keteban.Pukul 14:30 akhirnya tiba di pos 9 atau pos Plawangan yang merupakan batas vegetasi antara edelweiss dan perdu dengan bebatuan sedimentasi lahar dan magma yang membentuk batu merah. Plawangan berasal dari kata lawang yang berarti pintu. Di pos 9 pemandangan sangat bagus,di bawah adalah hutan lebat nan hijau sedangkan diatasnya adalah puncak Slamet yang membentang kokoh penuh bebatuan merah dan kerikil kecil tajam yang menantang. Mendirikan tenda dan bermalam di pos 9,sudah berada di atas awan,suhu sangat dingin, merupakan tempat terakhir terbaik mendirikan tenda sebelum puncak.

                                                   Camping di pos 9 (Pos Pelawangan)


Keesokan paginya Sabtu 15 September,sunrise dari pos 9 sungguh mempesona. Matahari terbit di antara Gunung Prau,Gunung Sindoro dan Sumbing.Pukul 06:30 dimulailah “summit attact” pendakian yang “sebenarnya” menuju puncak Gunung Slamet.Track tanah berganti dengan kerikil dan batuan yang tajam bisa mencederai kaki serta kemiringan yang tajam,disebut kawasan batu merah.

                                             Kawasan batu mereh,menuju puncak
 Panas yang menyengat,beban dipundak yang sangat berat,menyebabkan kebanyakan pendaki meninggalkan sebagian besar barang di pos-pos sebelumnya dan hanya membawa daypack berisi logistic dan perlengkapan darurat saja. Pastikan sebelum mendaki puncak,di pos 9 untuk membuat tanda sebagai titik patokan ketika turun agar tidak menyimpang dan tersesat apabila akan turun via jalur yang sama. Pukul 08:30 sampailah di puncak Gunung Slamet,setelah 10 menit sebelumnya melewati Benteng atau batuan alami yang berbentuk memanjang seperti benteng.
 Puncak Gunung Slamet ditandai dengan tugu triangulasi,yaitu tugu yang dikelilingi tumpukan batu,oleh penduduk sekitar disebut puncak Surono.
Dari puncak Gunung Slamet terhampar pemandangan pesisir pantai utara,disebelah barat laut terlihat Gunung Ciremai,di timur tampak Gunung Sindoro dan Gunung Sumbing, di kejauhan,gumpalan-gumpalan awan putih laksana kapas yang berbaris rapi,kawah yang selalu mengepulkan asap tipis,sungguh pemandangan yang menakjubkan.

Pukul 12:00 sebelum kawasan puncak menjadi gelap berkabut serta bahaya asap belerang,perjalanan turun dimulai,menuruni jalur bebatuan yang curam dan rawan longsor serta rawan batuan besar menggelinding.Benar-benar memerlukan fokus yang tinggi dalam menuruni puncak Slamet,karena kecelakaan kecil akan berakibat fatal. Di sebelah kanan adalah kawah dan sebelah kiri adalah jurang.

.Dalam ekspedisi kali ini,dipilih sebagai jalur turun adalah jalur Kaliwadas jalur yang panjang berliku dan belum begitu populer,padahal jalur yang istimewa karena terdapat pos-pos yang istimewa pula. Pukul 18:00 sampai di pos Sumur Pengantin sebuah sumur keramat yang selalu wangi,dan bermalam di sebuah mushola terbuat dari kayu. Esok harinya ,Minggu 16 September pukul 09:00 perjalanan pulang dilanjutkan,terdapat banyak tanaman jelatan atau jingkat ( Girardinia palmata)yaitu tanaman berdaun duri jika mengenai kulit akan terasa panas dan gatal.Pukul 12:00 sampai di Tuk Suci,sebuah mata air yang dibendung sejak jaman Jepang. Setelah 30 menit berjalan akhirnya sampai di basecamp pendakian Kaliwadas.
Akhirnya pukul 14:00 dengan mencarter mobil bak terbuka,sampailah di terminal Bumiayu kabupaten Brebes,untuk menuju kota Wonosobo ASRI tercinta.Sungguh merupakan ekspedisi yang tak terlupakan. Terbayar sudah lelah letih perjuangan mencapai puncak Slamet ketika mengingat kembali keindahan dipuncak Slamet,dan ketika memandang hasil jepretan selama ekspedisi.Semakin sulit jalan yang kita tempuh,semakin indah yang akan didapat.

Comments